Jumat, 25 Maret 2011

Bahan Kimia untuk Home Industri


Berikut kami lampirkan daftar beberapa bahan kimia yang sering dipakai dalam industri kimia berkut keterangan singkat (sifat,kegunaan dll), silahkan mencoba.

A.B.S. Singkatan AlkylBenzeneSulphonic acid, atau NANSA 1870 (Albright) bahan berbentuk cairan kental warna coklat tua dan panas digunakan untuk bahan pembersih seperti deterjen.

Aceton, atau Dimetilketon atau Propanon-2. Berbentuk cairan jernih yang mudah terbakar, berbau cukup menyengat dan mudah menguap. Digunakan untuk pelarut lemak, lilin, plastik. Penerapan :sebagai bahan pembuatan nailpaint remover (penghapus pewarna kuku)

Aceton peroxide sebagai pemutih dan pematang tepung dengan dosis seperlunya.

Acid Blue = pewarna , Acid blue1 =Food Blue, collor index=no 422051 dan Acib Blue 3 = Sulphan Blue, no index 42045

Acid Green = pewarna hijau (C.I. no 44090)

Aquadestilata = air suling

Borax, nama lain: Biboras Natricus / sodium borate/ sodium tetraborate / sodium biborate/ sodium pyroborate.
Bentuk fisik ada 2 : kristal (decahidrat) larut dalam air.
Serbuk (anhidrat) sukar larut dalam air.
Kegunaan: bahan pengkilap logam, bahan pelembut tekstil, menyolder. Dalam bidang medis, sebagai astringen dan antiseptik

Broxo-salt garam broxo. Bentuk seperti kacang.

Bucrylateberupa cairan, titik didih 170 derajat celcius, sering digunakan sebagai perekat sel.

Butylalcohol , nama lain: 1-butanol atau normal butilalcohol ( N-butylalcohol)
Cairan bersifat racun, sebagai pelarut ,penghapus cat

C.M.C. Carboxy-Methyl-Cellulose Butiran/granul putih yang bila basah mengembang membentuk cairan kental. Sebagai bahan baku pembuatan deterjen, plester,tekstil, tinta cetak, pengeboran. Dalam kesehatan sebagai suspending agent.

cadmium oxide bubuk/kristal warna coklat tua larut dalam asam encer. Digunakan dalam industri gelas/batere,campuran logam perak, elektro plating. Dalam medis sebagai unsur obat cacing nematocide dan ascaricide pada babi.

canada balsem sebagai perekat barang dari kaca

cera alba malam(lilin) putih atau Bees-wax White. Bentuknya padat berwarna putih kekuningan larut dalam minyak atsiri/lemak dan chloroform dengan titik leleh berkisar 62-64 derajat Celcius.

diammonium phospate nama lainnya : Diamonium H-phospat, Ammonium fosfat sekunder/dibasic atau disingkat DAP.
Digunakan dalam pembuatan tekstil dan bahan lain yang tahan api. Warna dasar untuk bahan celup pabrik kain.

E.B.B. Emulsi Benzyl Benzoat biasanya kadar 25 persen. Sebagai bahan obat Scabies (kudis).

Ethylenglycol Nama lainnya: Glycolalcohol, Glycol, etilenglycol.
Berupa cairan agak kental, manis tapi beracun. Untuk minyak rem , pelarut tinta ballpoint, tinta stempel, cat. Bahan pemadam kebakaran. Bahan anti beku

Ethyl Hexanediolcairan untuk mengusir serangga/hama, dicampur dengan Dimethylphtalat.

Ferri oxydemeni besi

FormaldehydesolutionNama lain: Formalin, formol dengan kadar sekitar 37 persen Formaldehyde.
Untuk desinfektan pakaian, ruangan, kapal. Untuk bahan tinta warna putih, pengawet jenazah/mayat, bahan pembersih kaca, bahan campuran bedak. Untuk mencegah polimerisasi sering ditambah methanol 10-15 persen. Berbentuk cairan yang jernih dengan bau menyengat.

Gelatindari tulang hewan yang digiling sebagai bahan industri lem kayu.

Glyserin nama lain: Glycerol , berupa cairan jernih berfungsi agar campuran tidak lekas kering, misalnya untuk tinta stempel.

gom/gum gum atau kak dalam bahasa jawa, ada 4 macam:
1.Gom arab (arabian/acacia gum)
2.Guar Gum
3.Veegum
4.Tragacanth
Untuk membuat gelasan/pelapis beling tumbuk pada benang layangan, biasa digunakan arabic gum, demikian juga untuk membuat lem cair.

Hydrogen peroxide dengan rumus kimia H2O2, disebut juga Waterstof-peroxyde, cairan jernih dan menghanguskan kulit bila tersentuh. Sebagai pemutih bahan makanan, pemutih bulu angsa (untuk shuttlecock), gading, sebagai desinfektan air. Untuk medis sebagai campuran (3 persen) obat kumur. Dalam industri mebel dikenal untuk membleach kayu yang belang (kadang dicampur ammonia).

Hydroquinon atau hydrochinon kristal dengan titik leleh 170-171 derajat Celcius larut dalam air, alkohol dan ether. Larutan Hydroquinon bila kena angin/udara berubah warna menjadi coklat. Dalam medis digunakan untuk penghilang bercak hitam pada kulit. Di dunia teknik digunakan pada fotografi dan antioksidantia.

Ionolberfungsi sebagai pengawet untuk minyak

Iron sulfide dengan rumus kimia FeS, bentuknya bubuk/kristal berwarna abu-abu sampai coklat hitam. Digunakan dalam industri keramik, cat (sebagai pigmen)

Kalii carbonateatau Salt of tartar, bentuk bubuk/butiran yang higroskopis dengan titik leleh 891 derajat Celcius . Ada yang tidak higroskopis, yaitu yang jenis sesquihidrat.
Digunakan dalam industri sabun, gelas/kaca, keramik dan penyamakan kulit. Dalam kosmetika sebagai bahan shampoo cair.

Kalii chloratedengan rumus kimia KCLO3, bentuknya kristal dengan titik leleh 368 derajat Celcius, digunakan dalam industri korek api batangan, kembang api dan pewarna kain katun.

Lithopondengan rumus kimia ZnS 26-60 persen, untuk bahan baku dempul (putty), tinta , cat (minyak dan tembok).

Mentholnama lain: Peppermint camphor, bentuk kristal/butiran, sebagai campuran permen, pewangi, rokok. Dalam medis digunakan sebagai obat gosok, campuran obat batuk., obat kumur, pasta gigi.

Methylen blueuntuk mewarnai spiritus, pembersih keramik, tinta.

Naptholdigunakan dalam pembuatan tinta birutua dan dalam usaha laundry.

n.b.acetate atau Nonyl-butyl-acetate, berbentuk cairan wangi digunakan sebagai pelarut (seperti thinner).

nipasol atau Propylparaben, sebagi pengawt makanan.

Pelarut solvent atau oplosmiddel.Terbagi dua macam: organik (chloroform, toluen, xylen,wasbensin dll) dan anorganik. Sesuai namanya, untuk melarutkan bubuk/kristal /butir granule.

Phenol atau karbol, bentuknya kristal higroskopis, untuk lem, lysol wangi

Polyvinylacetate untuk pembuatan lem kayu, cat tembok, tinta transparan.

Red Lead atau Loodmenie (Pb3O4), bentuk kristal berwarna oranye kemerahan .Untuk mengawetkan kayu, pigmen, sebagai elastomer penyekat kabel..

S.M.T atau nama dagang Pegasol 3040 ialah pengemulsi, sebagai aditif pencegah karat, bahan antikabut dalam film PVC, pembasah pigmen dalam pembuatan cat..

Sacharin pemanis buatan.

Soda api atau kaustik soda, nama lain Sodium Hydroxide, Natrium Hidroksida. Dengan sifat panasnya untuk mengikis kebuntuan saluran w.C, untuk cuci botol.

Sodium Carbonate dengan rumus kimia Na2CO3, sebagai pembersih noda tinta.

Sodium Lauryl- Sulfo acetate atau anionic surfactant. Digunakan dalam pembuatan pasta gigi

Talc atau talcum. Nama lain Talcum venetum, Magnesium silikat, berupa bubuk warna putih , ada juga yang keabu-abuan/kebiru-biruan. Bahan baku utama pembuatan bedak salicyl, juga bahan pengisi tablet. Produk yang terkenal adalah merk Haichen (Jerman) dan Liaoning (China)

Tartrazine zat pewarna yang umum digunakan berwarna kuning,sering digunakan untuk mie kering dan kerupuk Color Index no.19140, food yellow no.4

Tawas ada dua macam: Tawas bening .(Kalium Aluminium Sulfat, aluin/alumen/potas alum, untuk menjernihkan air takaran 30 gram perliter air. 2. Tawas Butek (Al2(SO4)3 untuk mengendapkan kotoran air..

Teepoldeterjen sangat cair dari asam lemak kelapa/kapuk (jawa= biji klentheng).

Vanillin berbentuk jarum putih atau kuning muda berbau vanila. Dapat larut dalam alkohol, chloroform, karbondisulfide ataupun glicerol. Untuk makanan dan minuman.

Zink Acetate larut dalam air, dengan titik leleh 237 derajat Celciustun.

Sumber : kamusteknik.archipeddy.com

Senin, 21 Maret 2011

teknik pengolahan limbah


Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.
Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. TUjuan utama dari chemical conditioning ialah:
menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
mendestruksi organisme patogen
memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.
De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar
Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
Precipitation
Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat
Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.


pengolahan limbah


pengolahan limbah
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Silakan klik link tersebut untuk daftar lengkap yang juga mencakup peraturan resmi dari Pemerintah Indonesia.

Penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B3 pada dasarnya dapat dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri (on-site treatment) maupun oleh pihak ketiga (off-site treatment) di pusat pengolahan limbah industri. Apabila pengolahan dilaksanakan secara on-site treatment, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar teknologi pengolahan dapat ditentukan dengan tepat; selain itu, antisipasi terhadap jenis limbah di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan
jumlah limbah yang dihasilkan harus cukup memadai sehingga dapat menjustifikasi biaya yang akan dikeluarkan dan perlu dipertimbangkan pula berapa jumlah limbah dalam waktu mendatang (1 hingga 2 tahun ke depan)
pengolahan on-site memerlukan tenaga tetap (in-house staff) yang menangani proses pengolahan sehingga perlu dipertimbangkan manajemen sumber daya manusianya
peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan yang akan dikeluarkan Pemerintah di masa mendatang agar teknologi yang dipilih tetap dapat memenuhi standar


industry kimia

Industri kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam produksi zat kimia. Industri ini mencakup petrokimia, agrokimia, farmasi, polimer, cat, dan oleokimia. Industri ini menggunakan proses kimia, termasuk reaksi kimia untuk membentuk zat baru, pemisahan berdasarkan sifat seperti kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi oleh panas, serta metode-metode lain.

Industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan mentah yang diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-sumber lain, menjadi material, zat kimia, serta senyawa kimia yang dapat berupa produk akhir atau produk antara yang akan digunakan di industri lain.

Senyawa kimia adalah Zat tunggal yang terbentuk dari beberapa unsur dengan melalui reaksi kimia dan senyawa tersebut juga dapat diuraikan lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia tersebut. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O) adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen.

Umumnya, rasio tetap ini harus tetap karena sifat fisikanya, bukan rasio yang dipilih manusia. Oleh karena itu, material seperti kuningan, superkonduktor YBCO, semikonduktor "aluminium galium arsenida", atau coklat dianggap sebagai campuran atau aloy, bukan senyawa.

Ciri-ciri yang membedakan senyawa adalah dia memiliki rumus kimia. Rumus kimia memberikan rasio atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu rumus kimia etena adalah C2H4 dan bukan CH2. Rumus kimia tidak menyebutkan apakah senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya, natrium klorida (garam dapur, NaCl adalah senyawa ionik.

Senyawa dapat wujud dalam beberapa fase. Kebanyakan senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi senyawa yang lebih kecil atau atom individual bila dipanaskan sampai suhu tertentu (yang disebut suhu penguraian).

Setiap senyawa kimia yang telah dijelaskan dalam literatur memiliki nomor pengenal yang unik, yaitu nomor CAS.
Jenis senyawa
asam
basa
senyawa ionik
garam
oksida
senyawa organik

kimia analisis

tentang kimia industri


Kimia Industri mencakup hal yang cukup luas. Pada bagian ini akan diperkenalkan mengenai Kimia Industri, yang akan dimulai berdasarkan akar katanya, yaitu Kimia dan Industri. Selanjutnya pada sub bab selanjutnya akan dibahas mengenai sistem manajemen dalam suatu industri, khususnya industri besar dimana pada bagian ini akan terlihat pembagian pelaksanaan tugas mulai dari tingkat pelaksana yang dalam hal ini diduduki oleh seseorang dengan klasifikasi pendidikan minimal Sekolah Menengah Kejuruan Teknik / STM sampai dengan tingkat manajer puncak dengan klasifikasi pendidikan minimal sarjana. Dengan demikian diharapkan dapat sebagai gambaran kompetensi yang diperlukan apabila seseorang bekerja pada bidang industri kimia.
Pengenalan tentang “Kimia-Industri” diawali dengan pembahasan berdasarkan asal katanya, yang dimulai dari kata “Industri” dan dilanjutkan dengan kata “Kimia”. Kata Industri merupakan suatu proses yang mengubah bahan-baku menjadi produk yang berguna atau mempunyai nilai-tambah, serta produk tersebut dapat digunakan secara langsung oleh konsumen sebagai pengguna akhir dan produk tersebut disebut dengan “produk-akhir”, selain itu produk dari industri tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain, yang disebut juga sebagai “produk-antara”. Kata produk dalam Kimia Industri tentunya melibatkan Industri yang menghasilkan zat kimia. Sedangkan bahan baku yang diproses dalam industri tersebut dapat diperoleh melalui proses penambangan, petrokimia, pertanian atau sumber-sumber lain. Hubungan antara bahan-baku dengan produk baik produk-akhir maupun produk-antara dapat dilihat pada gambar 1.1, dimana produk yangdihasilkan dari industri merupakan produk yang diperlukan oleh manusia dalam hal ini produk tersebut mempunyai nilai tambah